Drs. K.H Ade Purnama Hadi, MA
Muqaddimah
Ramadhan sudah di pelupuk mata, sebentar lagi kita akan memasuki bulan yang penuh barokah di tahun 1429 H ini. Tidak terasa memang, rasanya baru kemarin kita melakoninya. Ini menunjukkan bahwa di dunia ini kita kerasan alias betah, itu tidak salah karena memang dunia adalah tempat menapaki kehidupan sampai waktu yang ditentukan. Hanya saja kita tidak tahu sampai kapan umur jatah kita. Yang salah adalah manakala kita lupa tujuan hidup yang sesungguhnya yaitu akhirat. Oleh karena itu, maka Islam sejak awal mengajarkan kepada kita visi hidup yang ideal, sukses dan bahagia dunia serta akhirat, dan itulah do’a kita setiap saat. Sukses akhirat intinya ketika mampu meraih surga Allah s.w.t., sedangkan sukses surga tersebut hanya diperoleh dengan tiket taqwa Alangkah indahnya ketika ramadhan sang tamu agung mampu membuat kita jadi orang bertaqwa sebagaimana yang dicanangkan Allah;
Persiapan menyongsong Ramadhan
Ramadhan merupakan tamu agung dan istimewa bagi umat Islam, yang harus disambut dengan hangat. Para sahabat begitu gembira dan ceria kalau Ramadhan sudah di pelupuk mata, dan sedih tiada tara ketika Ramadhan meninggalkan mereka.
Jika diperhatikan secara umum, ada tiga hal yang harus dipersiapkan dalam menyambut Ramadhan yaitu : mental, fisik dan ilmu.
Ø Isti’dad Ruuhy (Persiapan Mental)
Rasulullah s.a.w memiliki perhatian khusus menghadapi Ramadhan. Diantara persiapan ruuhy yang beliau lakukan adalah :
a. Berdo’a
Rasulullah s.a.w. banyak sekali melantunkan do’a ketika akan menyambut Ramadhan. Dalam sebuah riwayat dikatakan :
”Apabila memasuki bulan Rajab Rasulullah s.a.w berdo’a : Ya Allah berkahilah kami dalam bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami bulan Ramadhan. (HR. Al-Bazar dan At-Tabrani)
b. Mempersiapkan diri dengan mengingat keutamaan Ramadhan.
Rasulullah s.a.w. sering kali mengingatkan para sahabatnya tentang keistimewaan bulan Ramadhan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam shohihnya, Salman al-Farisi mengatakan :
“Pada akhir hari di bulan Sya’ban, Rasulullah s.a.w. menceramahi kami. Beliau berkata : “Wahai sekalian manusia, sungguh akan datang pada kalian bulan agung, bulan mubarok, bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang Allah jadikan puasa pada siang harinya sebagai kewajiban, dan Qiyam pada malam harinya sebagai amalan sunnah. (3) Barang siapa yang mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu amalan kebaikan, maka ia seperti menunaikan tujuh puluh kewajiban pada bulan-bulan lainnya. (4) Ia merupakan bulan kesabaran. Dan kesabaran ganjarannya adalah surga. (5) Ia juga bulan (musawah), bulan ditambahnya rezeki seorang mu’min. (6) Barang siapa yang memberikan buka puasa bagi orang yang puasa, maka ia mendapatkan mapunan atas dosa-dosanya dan dijauhkan dari api neraka, ia juga mendapatkan pahala sebagaimana pahala yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikitpun . “Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah s.a.w, tidak semua dari kami yang mampu untuk memberikan makan orang yang berbuka puasa. “Rasulullah s.a.w menjawab, “Allah memberikan pahala seperti ini kepada siapa saja yang memberikan buka puasa berupa berupa satu buah korma, seteguk air, ataupun seteguk susu. (7) Ia adalah bulan yang awalnya merupakan rahmah, pertengahnnya maghfirah (ampunan) dan akhirnya dihindarkan dari api neraka. Maka perbanyaklah melakukan empat hal; dua diantaranya kalian membuat keridhoan terhadap Rab kalian. Dan dua lainnya merupakan hal yang kalian butuhkan. Adapun dua yang pertama adalah, syahadah La Ilaha illallah dan memohon ampunannya. Kemudian yang dua berikutnya adalah kalian memeinta pada-Nya surga, dan meminta pada-Nya agar dihindarkan dari neraka. (8) Dan barang siapa yang memberikan minum orang yang berbuka puasa, maka Allah akan memberinya minum dari “telagaku” suatu minuman yang ia tidak akan pernah merasakan kehausan stelahnya hingga ia masuk surga”.
Ø Isti’dad Jasady (Persiapan Fisik)
Ramadhan adalah ibadah fisik walaupun tidak sama persis dengan haji. Rasulullah s.a.w sudah mempersiapkan diri dengan berbagai ibadah, yang hikmahnya agar dapat optimal melakukan ibadah-ibadah serupa dalam Ramadhan.
a. Persiapan dengan berpuasa sunnah.
Dari Aisyah ra, beliau berkata, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah s.a.w menyempurnakan puasa bulanan selain pada bulan Ramadhan. Dan tidak pula aku melihat beliau berpuasa yang legih banyak (selain Ramadhan) dari pada bulan Sya’ban. (HR. Bukhari dan Muslim).
Salah satu hikmah yang dapat dipetik dari puasa Sya’ban sebagaimana yang diungkapkan Ibnu Rajab : “Sesungguhnya pada puasa Sya’ban itu adalah seperti latihan untuk puasa Ramadhan. Agar seseorang tidak merasakan kesusahan dan kepayahan dalam berpuasa Ramadhan, bahkan sebaliknya ia terbiasa dan ternuansakan dengan puasa. Dengan puasa Sya’ban inipun, seseorang dapat merasakan manisnya puasa Ramadhan. Ia pun melaksanakan kewajiban untuk berpuasa dengan kekuatan dan keenerjikan.”
b. Persiapan dengan membaca al-Qur’an.
Membaca al-Qur’an pada bulan Sya’ban merupakan pengikis dari kekaratan hati pada bulan-bulan yang lalu, hingga menjadikan hati sebagai ‘tempat’ yang siap menerima cahaya al-Qur’an dengan hidayah, ketaqwaan dan cahaya pada bulan Ramadhan.
Ø Isti’dad Aqly (Persiapan ilmu)
Ramadhan adalah bulan ibadah. Syarat diterimanya ibadah adalah ikhlas dan الصواب . Dilandasi karena Allah s.w.t dan benar dalam pelaksanaannya yaitu sesuai tuntunan Rasulullah s.a.w., untuk itulah kita perlu mengetahui ilmunya. Inilah pentingnya persiapan ilmu. Diantaranya:
a. Etika menyambut Ramadhan
Diakui atau tidak kebanyakan dari kita kurang dapat memberikan kesan yang mendalam ketika bertemu dengan Ramadhan. Barangkali karena faktor ketidaksiapan, baik dari segi pemahaman ataupun mental (baca: ruhiyah) untuk bertemu dengan tamu agung ini.
Berikut ini terdapat beberapa kiat yang dapat memberikan arti tersendiri yang mengesankan, suasana yang menyenangkan dalam menghadapi Ramadhan :
1. Hendaknya dalam sebuah keluarga, diadakan “pertemuan khusus” pada “malam pertama” di bulan Ramadhan, guna mengingatkan keutamaan yang terdapat dalam bulan Ramadhan ini. Jadikan pertemuan ini yang menyenangkan dan penuh dengan rasa kekeluargaan. Dan kesankan pula bahwa kita akan kedatangan tamu yang sangat istimewa.
2. Membuat kesepakatan dengan seluruh anggota keluarga, tentang target dan batasan minimal dalam ibadah, seperti sekian halaman dalam membaca Al-Qur’an.
3. Ketika akan memasuki bulan Ramadhan, upayakan terlihat adanya perubahan dalam posisi perabotan di rumah, terutama kebersihan. Jika dalam rumah terdapat anak-anak yang masih relatif kecil, dapat ditambah dengan hiasan pita-pita dan balon-balon yang terpasang di atap ruangan rumah. Agar mereka juga lebih dapat merasakan kesan indahnya bertemu Ramadhan.
4. Jika memiliki kelebihan rezeki, tidak ada salahnya membuat jamuan istimewa pada permulaan sahur dan berbuka, dengan batasan yang tidak berlebihan.
5. Suasana penyambutan dapat terasa lebih hangat, manakala dibiasakan mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an, baik melalui alat elektronik, maupun dibaca langsung. Sekaligus juga mengurangi jam menyaksikan acara-acara televisi yang tidak islami.
b. Hukum Syariah Puasa
Pertama-tama yang harus kita perhatikan adalah kewajiban yang telah jelas berkenaan dengan puasa kita. Imam al-Ghazali menyebutkan ada enam hal :
· Memastikan hari awal bulan Ramadhan
· Niat untuk berpuasa
· Menahan diri untuk tidak makan dan minum
· Menahan diri dari hubungan suami istri
· Menahan diri dari keluarnya mani di luar hubungan suami istri
· Menahan diri dari keluarnya muntah
Kemudian selain enam hal di atas yang telah jelas merupakan hal wajib yang tidak boleh dilewatkan dalam melaksanakan puasa Ramadhan, tentunya terdapat juga hal-hal yang sifatnya sunnah, bahkan sangat dianjurkan oleh Rasulullah s.a.w, yaitu :
1. Menyegerakan berbuka puasa manakala waktunya telah tiba
“Manusia senantiasa berada dalam kebaikan manakala mereka menyegerakan berbuka puasa”. (HR Bukhari Muslim)
2. Mengakhirkan sahur
Sahur merupakan hal sunnah yang seyogyanya kita perhatikan dalam puasa kita. Begitu pentingnya sahur ini, hingga Rasulullah s.a.w pernah mengatakan,
“Makan sahurlah kamu karena dalam makan sahur itu terdapat berkah.” (Mutafaqqun Alaih).
Sahur ini juga menjadi pembeda, antara puasa kita dengan puasa umat lain.
“Perbedaan antara puasa kita dengan puasa ahlul kitab adalah makan sahur” (HR. Muslim).
Kemudian selain daripada makan sahur ini, Rasulullah s.a.w juga menyunahkan kita untuk mengakhirkan sahur. Mengakhirkan sahur hingga beberapa saat menjelang adzan Subuh.
3. Menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak bermanfaat
Sebenarnya hal seperti ini seyogyanya sudah menjadi akhlak seorang muslim, tidak hanya pada bulan Ramadhan. Hanya dalam bulan Ramadhan ini, kita dilatih untuk dapat lebih mengoptimalkan hal ini lebih baik lagi. Allah berfirman dalam surat al-Mukminun mengenai ciri-ciri orang mu’min, ”Dan mereka-mereka yang terhadap hal-hal tidak bermanfaat memalingkan diri daripadanya”.
Adapun dalam puasa ramadhan, Rasulullah s.a.w berkeinginan menjadikan hal ini sebagai momen yang paling berarti guna lebih melunakkan hati setiap mu’min.
” Puasa adalah tameng. Maka apabila seseorang melakukan puasa pada suatu hari, hendaknya ia tidak mengucapkan perkataan yang keji dan mengumbar suaranya. Dan jika ada seseorang yang memaki atau menghinanya hendaklah ia mengatakan, sesungguhnya aku sedang berpuasa...(Mutafaqun Alaih).
Amalan-amalan sunnah yang sering dilakukan Rasulullah adalah :
1) Memperbanyak berdoa dan berdzikir
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah s.a.w bersabda : ”Ada tiga orang yang tidak akan ditolak doanya. Seorang Imam yang adil, seorang yang berpuasa hingga ia berbuka, doanya orang yang terdzolimi.” (HR. Ibnu Majah)
2) Memberikan buka puasa bagi orang lain
”Barangsiapa yang dalam bulan Ramadhan memberikan buka puasa bagi yang berpuasa, maka hal itu merupakan pengampunan atas dosa-dosanya dan sebagai penjauh dirinya dari api neraka. Kemudian ia juga akan mendapatkan pahala orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahalanya,” kemudian ada sahabat yang bertanya, ” Wahai Rasulullah s.a.w, tidak semua diantara kita yang memiliki sesuatu untuk diberikan pada orang lain guna berbuka puasa.” Rasulullah s.a.w menjawab, Allah tetap akan memberikan pahalanya secara utuh kepada siapa saja yang memberikan buka puasa meskipun hanya sebutir korma, seteguk air atau sehirup air susu..”
3) Memperbanyak diri membaca, mentadaburi dan mengajarkan ayat-ayat Al Qur’an
Dari Abu Ammah ra, Rasulullah s.a.w. bersabda, “Bacalah Al-Qur’an, karena ia pada hari kiamat akan datang untuk memberikan syafaat kepada para pembacanya.
4) Memperbanyak infaq dan shodaqoh, disamping juga mengeluarkan zakat.
Dalam sebuah riwayat dikatakan :
Dari Ibnu Abbas ra beliau berkata, ” Bahwa Rasulullah s.a.w. merupakan orang yang paling dermawan. Dan Rasulullah s.a.w. lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan, ketika Jibril menemuinya. Jibril menemui beliau setiap malam pada bulan Ramadhan. Rasulullah s.a.w. mempelajari Al-Qur’an. Sungguh beliau lebih dermawan daripada hembusan angin yang bertiup.
5) Shalat tarawih dan Qiyamulalil Lail
Barangsiapa yang qiyam (shalat tarawih) pada bulan Ramadhan karena keimanan dan keikhlasan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
6) I’tikaf
”Dari Aisyah ra, bahwa Rasulullah s.a.w ketika memasuki sepuluh terakhir bulan Ramadhan beliau mengencangkan sarungnya (menjauhi dan tidak menggauli istri-istrinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.
I’tikaf inilah merupakan detik-detik terakhir pertemuan dengan Ramadhan, maka tentu saja harus dioptimalkan semaksimal mungkin, guna benar-benar mendekatkan diri kita kepada Allah s.w.t. Karena kita berkeyakinan, betapa pada Ramadhan-ramadhan mendatang belum tentu kita kembali berjumpa dengannya. Para ulama kaum muslimin banyak sekali yang berdoa di akhir Ramadhan ini, agar pertemuan-pertemuan dengan Ramadhan senantiasa dimudahkan bagi mereka.
”Ya Allah sampaikan kami pada bulan Ramadhan mendatang, bulan Ramadhan yang berikutnya lagi dan yang berikutnya lagi...”
Khatimah
Wajah ceria akan tampak manakala kita menengok sekeliling kita manakala kita berada di penghujung Ramadhan. Agaknya fenomena ini agak berbeda dengan nuansa yang terjadi pada zaman salafus shaleh. Mereka justru nampak berlinangan air mata, sebagai bentuk ekspresi kesedihan karena akan segera berpisah dengan Ramadhan. Bahkan Rasulullah sendiri pernah bersabda :
”Sekiranya hamba Allah mengetahui apa yang sebenarnya terdapat dalam bulan Ramadhan, maka mereka pasti akan sangat menginginkan bahwa satu tahun penuh itu merupakan bulan Ramadhan”. (HR. Thabrani)
Adapun kebahagiaan lain pada bulan Syawal, itu juga merupakan anugrah dan kenikmatan dari Allah yang tiada terhingga. Dalam kesempatan inilah, kita dianjurkan untuk meminta maaf kepada sesama anak cucu adam. Setelah sebelumnya Allahpun mengampuni kesalahan-kesalahan kita. []
PENGAJIAN MAJELIS TA'LIM RT.02 RW.05 SADENG KAUM MERUPAKAN WADAH KEBERSAMAAN DI BIDANG DA'WAH MAUPUN PENGETAHUAN UMUM DALAM FORUM INTERAKTIF KOMUNIKASI DAN INFORMASI GLOBAL RUKUN WARGA 05 SADENGKAUM DESA SIBANTENG SLOGAN : BELAJAR SEBELUM AJAL TIBA DAN KERJA KERAS MEMBANGUN WARGA, MELAYANI BUKAN SEKEDAR INFORMASI, MELAINKAN SUMBER DATA UNTUK KEPENTINGAN WARGA !
Senin, 27 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Selamat Datang .............!!!!

Selamat Datang Diblog Sadengkaum-online
PENDIRI DAN PENGASUH PONDOK PESANTEN AL-I'TIDA SADENGKAUM

K.H. Abdul Karim adalah Pendiri Pondok Pesantren AL I'TIDA yang sekarang diasuh oleh Anak-anaknya karena kesibukannya dalam memenuhi panggilan mengajar / ceramah di luar pesantren, tidak meninggalkan pondok pesantren sepenuhnya dan jumlah murid di pondok pesantren ini 120 murid. Kalau melihat dari sosok pendiri ini adalah pekerja keras, tekun, ulet, penuh dedikasi terhadap ponpes dan dilingkungan warga masyarakat, cara memberi pelajaran ataupun ceramah penuh dengan humor tidak menghilangkan pokok dari pelajaran, Sekarang ini Ponpes Al I'tida sedang membangun ponpes baru melihat kondisi murid semakin banyak dan perlu bantuan dari para DONATUR untuk membangun Ponpes Al I'tida ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar